Sekoci Mungil


Buliran angin menjamah genit
Serupa jemari penari jalang
Meremas pelan tuaikan birahi
Tapi hanya sekelebat
Kini sekociku terabaikan
Ditinggalkan ramah alam
Sisakan badai yang siap menerjang
Degup tegang gerayangi sekoci mungil

Nun di ujung cakrawala
Noktah biru mencibir acuh
Menolak apapun yang hendak datang
Lalu kemana harus kudayung pijakan terapung ini
Padahal noktah itu, pulau itu
Satu-satunya pijakan membumi

Ah,
Alam tak bersahabat

Bahkan
Ikan-ikan itu berkecipak riang
Kerumuni keperihan di bawah buritan
Binatang!

Lalu
Walet yang angkuh menukik bebas
Kepakan sayapnya tak ubah semapur
Kicauannya seumpama morse
Tawarkan makna geli menggelitik
Binatang!

Atau kubiarkan saja sekoci terjungkal,
lalu tenggelam ke dasar palung
Temani ribuan bintang laut redup nan rakus

Tidak,
Lebih baik mati kemudian karam
Setidaknya ada yang datang
Pulangkan kegagalan untuk direnungi    
Senasib Pinisi yang dikhianati bahari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuncup Soka

Pelopor Ilmu Komunikasi

Debu